PLTN di Indonesia: Antara Realita dan Mimpi


Berbicara Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia itu seperti hendak mendatangkan bencana besar. Sejak masih mahasiswa di UGM, isu pembangunan PLTN sudah menjadi wacana. Isu ini sempat menghangat dengan munculnya berbagai aktivis yang menolak penggunaan energi nuklir ini, dan kemudian pendukung PLTN sempat saling berbalas-balasan tulisan di media cetak dan internet, hingga sekarang tidak diketahui nasib dan kelanjutannya.

Citra PLTN sudah terlanjur negatif di benak masyarakat. Jangankan PLTN, jika Anda adalah mahasiswa teknik nuklir, pasti Anda pernah mendengar nasihat dari teman untuk segeralah menikah, karena bahaya radiasi mengancam kesuburan Anda. Ada juga trademark bahwa lulusan teknik nuklir adalah perakit-perakit bom nuklir handal yang siap untuk jadi teroris. Sungguh luar biasa buruk pencitraan terhadap kata nuklir. Kalau boleh dilakukan pendataan, pastilah lulusan teknik nuklir sama seperti lulusan teknik lainnya, memiliki keturunan, dan belum ada lulusan teknik nuklir yang ditangkap oleh badan intelijen karena keterlibatan dalam jaringan teroris nasional apalagi internasional. Lagipula sangat tidak masuk di akal jika Universitas favorit seperti UGM ternyata juga menciptakan ahli-ahli perakit bom nuklir.

Kalau masyarakat cenderung menolak PLTN, lain lagi dengan mahasiswa teknik nuklir. Kita begitu terkagum-kagum dengan teknologi canggih tetapi rumit itu. Ibarat laskar pelangi yang berharap dapat mengenyam pendidikan, mahasiswa teknik nuklir menaruh harapan besar agar bangsa ini mempunyai PLTN supaya bisa mengaplikasikan apa yang dipelajari, supaya ilmu yang dipelajari tidak hanya menjadi cerita dan lupa. Sudah lebih dari 30 tahun jurusan teknik nuklir UGM berdiri, dan selama itu pulalah harapan terhadap PLTN pertama di Indonesia terpancang.

Penolakan PLTN terutama oleh masyarakat di sekitar calon tapak berdasarkan berita-berita yang dimuat di media massa dapat disimpulkan karena ketidakpercayaan terhadap keselamatan reaktor nuklir sehingga muncul prinsip Not in My Back Yard (NIMBY). Masyarakat khawatir akan terjadinya kecelakaan serupa seperti di Chernobyl di tahun 1986.

Kecelakaan Chernobyl menjadi kecelakaan terburuk sepanjang sejarah penggunaan energi nuklir. Kecelakaan ini juga yang menjadi titik balik bagi pengguna energi nuklir untuk lebih memperhatikan sistem keselamatan reaktor nuklir, regulasi dan faktor human error. Kalau ditilik, kecelakaan di Chernobyl, Three Mile Island, dan lainnya lebih didominasi oleh kesalahan manusia. Selain peningkatan sistem keselamatan, pengetatan pengawasan oleh badan regulasi, sistem multiple barriers dan prinsip defense-in-depth, teknologi reaktor nuklir terkini juga dioperasikan bersama sistem komputerisasi untuk meminimalisasi faktor human error tadi.

Menjelaskan kepada masyarakat sekitar calon tapak memang bukan pekerjaan mudah. Informasi terakhir di harian cetak Suara Merdeka tertanggal 1 April 2009 ini, diberitakan bahwa tim IAEA yang ingin meninjau dan menilai calon tapak PLTN akan berhadapan dengan masyarakat Semenanjung Muria, Jepara. Seandainya saja masyarakat kita lebih bijak dalam bertindak, maka tidak perlulah penolakan seperti ini terjadi. Ada teman sekelas di sini yang diminta orang tuanya untuk melanjutkan kuliah di Teknik Nuklir karena di daerah tempat tinggalnya ditemukan galian uranium dan orang tuanya meminta anak tersebut untuk meneliti apakah sumber air minum di sana tercemari atau tidak. Seharusnya masyarakat kita tidak hanya mendengar kebanyakan suara-suara sumbang tentang nuklir, tetapi bisa lebih seperti orang tua teman tadi, mau melihat, belajar dan membuktikan. Kalau boleh sekedar memberi saran, lebih baik masyarakat di sekitar Semenanjung Muria dihadiahkan studi banding ke PLTN yang terletak di Asia seperti Jepang, Korea Selatan atau China, serta berdialog langsung dengan penduduk yang bermukim di sekitar PLTN. Berikanlah kesempatan masyarakat di negara ini untuk sekali-sekali melakukan studi banding dan berdialog langsung, kegiatan yang biasanya hanya dilakukan oleh tokoh masyarakat ataupun anggota dewan saja. Cara ini pasti efektif daripada melakukan sosialisasi teknologi PLTN berulang-ulang.

Pro dan kontra penggunaan PLTN tidak hanya terjadi di Indonesia. Negara maju seperti Italia bahkan sudah meninggalkan opsi energi nuklir sejak tahun 1989 meskipun saat ini Italia berpikir untuk kembali ke opsi energi nuklir. Jerman juga bersiap-siap untuk menghentikan segala aktivitas PLTN-nya di tahun 2020. Lain lagi dengan negara yang mendukung penggunaan energi nuklir, sedang bergiat membangun PLTN. Energi nuklir dipilih karena menawarkan energi bersih dan murah dibanding sumber energi lain. Di negara asal mula energi nuklir, 26 reaktor nuklir sedang dalam proses perijinan. China yang sudah mengoperasikan 11 reaktor nuklir, masih berambisi memiliki 40 reaktor nuklir di tahun 2020. Indonesia bukan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang sudah menyatakan go nuclear. Vietnam mencanangkan bakal mengoperasikan PLTN pertama di sekitar tahun 2020, Malaysia dan Thailand sedang melakukan studi energi nuklir, serta Philipina berencana untuk meninjau kembali reaktor nuklir yang sudah dibangun namun belum dioperasikan. International Atomic Energy Agency (IAEA) memperkirakan peningkatan penggunaan energi nuklir sekitar 30% dari saat ini di tahun 2030.

Di saat negara-negara lain begitu antusiasnya terhadap nuklir, negara kita seakan-akan masih nyenyak dalam mimpi untuk membangun PLTN. Memang rencana pembangunan PLTN sudah dituangkan pemerintah ke dalam Kebijakan Energi Nasional di tahun 2005 dan sedianya PLTN pertama bakal beroperasi di tahun 2016-2017, namun sampai saat ini belum ada tindak lanjut yang jelas ke arah sana. Pembangunan PLTN memang membutuhkan perencanaan yang matang dan modal yang besar, namun sekali lagi jika ada keinginan, pastilah selalu ada jalan keluar. Semoga pembangunan PLTN bisa terealisasi, bukan sekedar menjadi wacana lalu mimpi.

9 Comments (+add yours?)

  1. kautahusiapa
    Apr 27, 2009 @ 03:31:34

    sering aku ditanya : “whats your background?”
    aku jawab : “nuclear engineering”
    pasti deh yang nanya langsung terkesima…

    hahhahaha

    Reply

  2. nucleares
    Apr 27, 2009 @ 07:18:32

    selain kita memikirkan dampak positifnya kita juga harus memikirkan dampak negatifnya….. kemudian kita ambil yang laebih banyak, dampak positifnya atau dampak negatifnya gitu….karna sesuatu yang positf itu juga ada sisi negatifnya….

    Reply

  3. alumni95
    Sep 16, 2009 @ 04:00:41

    kunci terwujud tidaknya pltn di Indonesia ada ditangan pemerintah yg berkuasa, ingat apa yg SBY janjikan ke masyarakat di sekitar Jepara saat kampanye, dia menjamin PLTN tidak akan dibangun di sekitar situ jika dia kepilih lagi. Menristek juga udah frustasi dia merasa gagal mensosialisasi PLTN ke masyarakar, Tapi di BATAN, kajian untuk pltn terus jalan, kalau sewaktu-waktu go pltn BATAN udah siap mbantu kayaknya.

    Reply

  4. rina
    Sep 27, 2009 @ 09:06:26

    Edukasi ke masyarakat.
    PLTN itu:
    – cara kerjanya mirip setrika listrik, kalo panas bisa otomatis mati sendiri.
    – mirip sepeda roda 3 untuk anak2, kecepatannya dibatasi oleh dirinya sendiri, jadi tidak seperti sepeda balap
    – aman, karena ada sekring listrik PLTN, yang membatasi daya.
    – bahan bakarnya Uranium, yang merupakan asal dari timah hitam di segel meteran listrik PLN

    Reply

  5. novie
    Jul 14, 2010 @ 02:48:43

    ehm,,,lg mw bwt paperv ttg nukliir ney……
    help me….

    Reply

  6. rezha
    Nov 28, 2010 @ 02:24:58

    kak,,,,
    tamat TN,prospek kerjanya kemana kak?
    apa pekerjaan yang bisa dilakukan???

    Reply

Leave a comment